Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan dan Kalimantan masih terus terjadi. Paparan asap terus menerus pun memicu masyarakat terserang berbagai macam penyakit, salah satunya kanker paru dan berbagai penyakit pernapasan lainnya. Berikut serupedia akan mengulas Beberapa Fakta Kesehatan yang Diakibatkan Kabut Asap Sumatera dan Kalimantan yang dilansir dari berbagai media.
1. Karsinogen, Zat Paling Berbahaya dalam Kabut Asap yang Bisa Picu Kanker Paru-paru
Dokter dari RSUP
Persahabatan, dr Agus Dwisusanto mengungkapkan, bahwa asap mengandung
dua zat berbahaya. Yaitu gas yang bersifat iritatif dan dapat
menyebabkan sesak napas, serta partikulat debu yang bisa terhirup dan
masuk ke saluran napas.
"Partikulat debu ini
yang berbahaya karena bersifat karsinogen atau zat yang dapat
menyebabkan kanker. Secara teoritis, paparan polusi asap yang terjadi
terus-menerus selama bertahun-tahun memang akan bisa menyebabkan kanker
paru dan saluran napas lainnya," papar Agus di Jakarta.
Berbeda dengan rokok, kanker paru akibat zat karsinogen akan terjadi jika terhirup setiap hari selama bertahun-tahun.
Berdasarkan Data
Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
sebanyak 80% wilayah Sumatera tertutup dengan asap.
"Jambi dan Pekanbaru
merupakan wilayah yang paling parah karena hanya memiliki jarak pandang
500 meter," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo
Purwo Nugroho.
2. Kabut Asap Ibarat Malaikat Pancabut Nyawa
Dokter spesialis paru
dan pernapasan Riau, dr Munir Umar Sp.P, menjelaskan, bahaya
sesungguhnya yang ditimbulkan oleh asap adalah kematian massal.
Pasalnya, asap mengandung zat berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur
dioksida, nitrit dioksida, hidrokarbon, dan banyak lagi, yang efeknya
menganggu oksigen dalam tubuh.
"Seperti karbon
monoksida itu merupakan zat berbentuk gas yang sangat berbahaya untuk
tubuh manusia. Jika menghirup dalam waktu yang cukup lama, zat ini
membuat daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh manusia melemah. Kemudian
muncullah penyakit asma menjadi akut, infeksi saluran pernapasan akut.
Jika ini terjadi yang dampaknya adalah kematian," terang dr Munir Umar
saat ditemui Okezone di tempat praktiknya.
"Banyak kasus yang kita
jumpai, penderita asma akut atau penderita penyakit paru mendadak
pingsan kemudian meninggal mendadak. Ini karena zat dalam asap ini
menyebabkan sirkulasi ogsigen dalam tubuh menurun. Karena kekurangan
oksigen inilah yang menyebabkan kematian karena penderita sulit
bernapas," tambah Munir.
Menurutnya, asap yang
timbul akibat kebakaran hutan dan lahan juga mengandung zat berbentuk
partikel yang berbahaya bagi kesehatan warga, seperti zat TSP, PM 10, PM
5. Jika seseorang terlalu sering menghirup zat-zat berbahaya itu, dapat
terjangkit radang saluran pernapasan atau bronkitis.
"Untuk penderita asma,
jika menghirup bisa kambuh lagi bahkan semakin berat dan bisa berdampak
pada kematian. Kemudian bahaya yang paling mengerikan adalah
mengakibatkan kanker paru. Jika sudah terkena kanker paru kesempatan
untuk sembuh, kecil. Ini terjadi jika sudah terlalu banyak menghirup
asap dalam rentang waktu lama," ucap dokter yang sudah 30 tahun mengabdi
di RS Ibnu Sina Pekanbaru itu.
Untuk itu, dia mengimbau
warga agar waspada dan berusaha untuk tidak keluar rumah selama asap
masih menyelimuti Pekanbaru. Dia juga meminta warga untuk tidak
menyepelekan dampak kabut asap, seperti ISPA, iritasi mata, diare,
iritasi kulit.
"Bayangkan saja, jiwa
menghirup asap rokok yang jumlahnya sedikit saja sudah berbahaya,
apalagi menghirup asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan ini
tentu bahayanya lebih besar. Penyakit seperti kanker paru, asma akut
sangat bisa dialami banyak warga. Karena kita tahu warga Riau sudah
menghirup polusi udara selama 18 tahun," ucapnya.
Untuk menghindari itu,
Munir berharap warga benar-benar bisa mengurangi aktivitas di luar rumah
jika terjadi kabut asap. Jika pun harus keluar pakailah masker yang
benar-benar standar. "Masker yang standar adalah N95. Masker ini bisa
bisa menyaring zat berbahaya asap. Jadi yang selama ini dipakai yang
tipis-tipis yang sering dibagikan itu kurang baik. Karena tidak semua
zat bisa tersaring," ucapnya.
3. Kabut Asap Berisiko Rusak Jaringan Pernapasan Secara Permanen
Dokter spesialis
kesehatan paru-paru, M Yahya mengingatkan efek zat berbahaya yang
terkandung dalam kabut asap akibat bisa berpengaruh pada jaringan
pernapasan secara permanen.
“Efek yang ditimbulkan berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan pernapasan, khususnya paru-paru secara permanen,” katanya.
Zat-zat yang terkandung
di dalam asap yang terjadi akibat terbakarnya lahan hutan dan gambut
sebenarnya juga sama dengan yang ada di kota besar yaitu yang terdiri
dari karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida dan
nitrogen dioksida.
“Selain itu ada juga
yang berbentuk partikel seperti silika, oksida besi, alumina dan timbal.
Semuanya itu berbahaya bagi kesehatan tubuh, khususnya saluran
pernapasan,” lanjutnya.
Yahya menuturkan akan
ada berbagai macam penyakit yang bisa ditimbulkan dari asap yang setiap
hari dihirup oleh masyarakat, mulai dari infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) secara jangka pendek.
“Daya tahan tubuh
menurun sehingga rentan penyakit seperti tuberculosis untuk jangka
menengah hingga kanker paru-paru,” tuturnya.
Pengaruh yang bisa
ditimbulkan, baru akan terlihat jelas dalam jangka waktu lima hingga
sepuluh tahun mendatang tergantung daya tahan tubuh, gizi dan
intensitas.
“Cepat lambatnya
tergantung imunitas seseorang, asupan gizi yang berpengaruh pada daya
tahannya serta intensitas keseringan seseorang menghirup udara
tersebut,” ujar dia.
Untuk mengurangi efek
yang ditimbulkan, masyarakat bisa melakukan penambahan air bersih pada
masker yang digunakan hingga lembab untuk menangkap partikel besar
hingga kecil, dan menggunakan jenis masker yang cukup tertutup dan
mengurangi aktivitas di luar rumah.
“Tapi jika keadaan semakin parah harus ada upaya evakuasi khususnya anak, ibu hamil dan lansia,” ujar dia.
0 komentar:
Posting Komentar