Rabu, 01 Maret 2017

Solusi Jitu Krisis BBM

Sahabat Serupedia, seperti yang kita ketahui, pekan lalu terjadi antrian panjang kendaraan bermotor di SPBU - SPBU seluruh Indonesia. Dari mulai motor 2 tak tahun 70'an sampai mobil sport teranyar pabrikan eropa ikut mengantri demi mendapat bahan bakar yaitu bensin bagi kendaraan mereka. Biasanya pada saat krisis seperti ini, hanya bensin seperti premium atau solar yang habis karena diburu massa dan seperti yang kita tahu
, kedua jenis bahan bakar ini digunakan oleh hampir sebagian besar rakyat Indonesia. Tapi kali ini ada yang berbeda, yaitu bahan bakar jenis pertamax pun habis terborong habis. Akhirnya, sisa - sisa BBM yang ada tetap dijual , tetapi dengan pembatasan jumlah pembelian, Penulis sendiri sampai harus berputar - putar disekitar beberapa SPBU hanya untuk mengisi penuh tangki bensin mobil yang biasa sehari - hari dipakai untuk ngampus di Jalan Ganeca.

Sebenarnya, apa sih yang jadi masalah dari krisis BBM akhir- akhir ini? Patinya penulis yakin ini bukan artikel pertama yang berusaha mengupas masalah dari krisis BBM ini. Tapi ada satu hal yang penulis yakin betul menjadi faktor pembeda dari semua artikel yang ada, yaitu kita disini tidak membahas mengapa krisis itu terjadi karena masalah BIROKRASI , maksudnya? Masalah birokrasi itu macam "kenapa presiden ga menambah kuota BBM tahun ini" atau "mengapa pemerintah dan dpr tidak bisa dengan cepat mencari solusi dari krisis ini" atau "mengapa presiden tidak menaikan harga BBM". Sebenarnya, kalau kita mau menyelesaikan ini secara cepat dan mudah dengan cara ini sih gampang -gampang susah. Kita bisa saja membeli minyak dari ISIS. Untuk lengkapnya bisa cek di artikel ini "Minyak ISIS". Tentu saja kita tidak akan membahas itu di artikel ini karena kita akan mengulas bersama dan mencari solusi dari krisis ini dengan mindset saintis dan engineer .

Sebelum kita mencari solusi dari masalah kita, seperti pepatah bilang, kita harus bisa mengenali musuh kita terlebih dahulu. "Kenapa BBM bisa langka?" "Apa yang menyebabkan krisis BBM kali ini?" Kita harus terlebih dahulu mengetahui akar dari permasalahan kita sebelum kita dapat mencari solusi terbaik dari masalah tersebut. 

Tutur Bapak Menteri ESDM, Jero Wacik, krisi BBM kali ini disebabkan karena kurang efisiennya pengelolaan pemakaian BBM dalam negeri sepanjang tahun ini yang disusul dengan kurangnya kuota BBM. Masalah ternyata tidak sesimpel itu, harga tukar rupiah terhadap dollar yang kian memburuk di pekan kemarin pula yang menyebabkan daya beli Indonesia terhadap minyak semakin menurun. Terlepas dari itu, seperti yang kita ingat di awal tahun ini, kita hinga bingar dengan peluncuran produksi massal dari mobil LCGC yaitu mobil murah yang ramah lingkungan yang di klaim bisa mengirit BBM dengan baik. Tapi kita lupa, dengan semakin banyaknya mobil yang turun ke jalan, maka linear pula semakin banyak BBM yang dibuang, terlepas efisiensi yang mobil tersebut lakukan, karena tidak mungkin ada kendaraan yang saking efisiennya pembakaran BBM hingga konsumsi BBM-nya mendekati nol. 

Orang - orang pasti berpikir, kenapa Indonesia bisa kekurangan BBM, toh negara kita termasuk sebagai salah satu negara dengan cadangan minyak yang melimpah. Tidak kita sadari bahwa sejak tahun 1980-an yang merupakan tahun puncak ekstraksi minyak mentah di Indonesia, produksi minyak di Indonesia terus menurun, dari hampir 1.6 juta barrel / hari hingga saat ini 1.1 juta barrel / hari. Disusul dengan kian tingginya pengunaan energi di Indonesia, yakni hampir 10 % pada tahun 2005 dan terus meningkat sampai saat ini. Sebenarnya peningkatan pengunaan energi ini bisa dilihat dari dua sisi koin. Sangat wajar terus meningkat karena Indonesia ini adalah negara berkembang yang manufakturnya terus meningkat dan kegiatan ekonomi yang terus menguat di Indonesia sehingga wajar saja jika energi yang digunakan terus meningkat. Disisi lain, seharusnya Indonesia harus bisa dengan efisien mengunakan energi tersebut sehingga tidak membebani pasokan sumber energi yang ada, dalam hal ini BBM yang juga dipakai di kehidupan sehari- hari.

Jadi bagaimana kita dapat mengatasi seabrek masalah yang dihadapi Indonesia ini? Kita lupa bahwa Indonesia adalah negara dengan potensi sumber renewable energy dalam jumlah yang cukup besar. Beberapa diantaranya bisa dengan cepat diterapkan di tanah air, seperti: bioethanol sebagai pengganti bensin, biodiesel untuk pengganti solar, tenaga panas bumi, mikrohidro, tenaga surya, tenaga angin, bahkan sampah yang tidak berguna sekalipun bisa digunakan untuk dijadikan pembangkit listrik. Hampir semua sumber energi tersebut sudah pernah diuji coba di Indonesia walau hanya dalam skala kecil. Krisis BBM saat ini merupakan momentum yang tepat untuk menata dan menerapkan dengan serius berbagai potensi yang ada. Meski saat ini sangat sulit untuk melakukan substitusi total terhadap bahan bakar minyak, namun penerapan sumber renewable energy sangat penting untuk segera dimulai. Berikut adalah pejelasan dari renewable energy yang disebutkan sebelumnya

Bioethanol

Bioethanol adalah ethanol yang diproduksi dari tumbuhan. Di Brazil, dengan 320 pabrik bioethanol, adalah negara yang terdepan dalam penggunaan serta ekspor bioethanol saat ini . Di tahun 1990-an, bioethanol di Brazil telah menggantikan 50% kebutuhan bensin untuk keperluan transportasi. Jelas sebuah angka yang sangat menonjol untuk dijadikan acuan oleh Indonesia dalam  mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Bioethanol tidak saja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk substitusi bensin, namun dia mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18% di Brazil. Dalam hal prestasi mesin, bioethanol dan gasohol (kombinasi bioethanol dan bensin) tidak kalah dengan bensin, malahan dalam beberapa hal, bioethanol dan gasohol lebih baik dari bensin. Pada dasarnya pembakaran bioethanol tidak menciptakan CO2 neto ke lingkungan karena zat yang sama akan diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sebagai bahan baku bioethanol. Bioethanol bisa didapat dari tanaman seperti tebu, jagung, singkong yang merupakan jenis tanaman yang tidak asing lagi dikenal para petani di Indonesia. Efisiensi produksi bioethanol bisa ditingkatkan dengan memanfaatkan bagian tumbuhan yang tidak digunakan sebagai bahan bakar yang bisa digunakan untuk menghasilkan listrik.

Biodiesel

Serupa dengan bioethanol, biodiesel telah digunakan di beberapa negara, seperti Brazil dan Amerika, sebagai pengganti solar. Biodiesel didapatkan dari minyak tumbuhan seperti sawit, kelapa, jarak pagar, kapok. Beberapa lembaga riset di Indonesia telah mampu menghasilkan dan menggunakan biodiesel sebagai pengganti solar, misalnya BPPT serta Pusat Penelitian Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan ITB. Kandungan sulfur yang relatif rendah serta angka cetane yang lebih tinggi menambah daya tarik penggunaan biodiesel dibandingkan solar. Seperti telah diketahui, tingginya kandungan sulfur merupakan salah satu kendala dalam penggunaan mesin diesel, misalnya di Amerika. Serupa dengan produksi bioethanol, pemanfaatan bagian tanaman yang tidak digunakan dalam produksi biodiesel perlu mendapatkan perhatian serius. Dengan kerjasama yang erat antara pemerintah, industri, dan masyarakat, bioethanol dan biodiesel merupakan dua kandidat yang bisa segera diimplementasikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Tenaga Panas Bumi

Sebagai negara yang terletak didaerah ring of fire, Indonesia diperkirakan memiliki cadangan tenaga panas bumi yang tak kurang dari 27 GW . Jumlah tersebut tidak jauh dari daya total pembangkitan listrik nasional yang saat ini mencapai 39.5 GW. Pemanfaatan tenaga panas bumi di Indonesia masih sangat rendah, yakni sekitar 3%. Tenaga panas bumi berasal dari magma (yang temperaturnya bisa mencapai ribuan derajad celcius). Panas tersebut akan mengalir menembus berbagai lapisan batuan di bawah tanah. Bila panas tersebut mencapai reservoir air bawah tanah, maka akan terbentuk air/uap panas bertekanan tinggi. Ada dua cara pemanfaatan air/uap panas tersebut, yakni langsung (tanpa perubahan bentuk energi) dan tidak langsung (dengan mengubah bentuk energi). Untuk uap bertemperatur tinggi, tenaga panas bumi tersebut bisa dimanfaatkan untuk memutar turbin dan generator yang selanjutnya menghasilkan listrik. Sedangkan uap/air yang bertemperatur 100 derajat celcius bisa dimanfaatkan secara langsung untuk sektor pariwisata, pertanian, industri, dan lainnya.

Tenaga Surya

Energi yang berasal dari radiasi matahari merupakan potensi energi terbesar dan terjamin keberadaannya di muka bumi. Berbeda dengan sumber energi lainnya, energi matahari bisa dijumpai di seluruh permukaan bumi. Pemanfaatan radiasi matahari sama sekali tidak menimbulkan polusi ke atmosfer. Perlu diketahui bahwa berbagai sumber energi seperti tenaga angin, bio-fuel, tenaga air, dll, juga berasal dari energi matahari. Meski terbilang memiliki potensi yang sangat besar, namun pemanfaatan energi matahari untuk menghasilkan listrik masih dihadang oleh dua kendala yang cukup serius: rendahnya efisiensi yang hanya 10% dan mahalnya biaya per-satuan daya listrik. Pembangkit lisrik tenaga surya ini sudah diterapkan di berbagi negara maju serta terus mendapatkan perhatian serius dari kalangan ilmuwan untuk meminimalkan kendala yang ada.

Tenaga Angin

Pembangkit listrik tenaga angin disinyalir sebagai jenis pembangkitan energi dengan laju pertumbuhan tercepat di dunia dewasa ini. Saat ini kapasitas total pembangkit listrik yang berasal dari tenaga angin di seluruh dunia berkisar 17.5 GW. Jerman merupakan negara dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin terbesar, yakni 6 GW, kemudian disusul oleh Denmark dengan kapasitas 2 GW. Untuk Indonesia dengan estimasi kecepatan angin rata-rata sekitar 3 m/s, turbin skala kecil lebih cocok digunakan, meski tidak menutup kemungkinan bahwa pada daerah yang berkecepatan angin lebih tinggi di daerah Sumatra Selatan, Jambi, Riau sebagai contoh, bisa dibangun turbin skala besar. Perlu diketahui bahwa kecepatan angin bersifat fluktuatif, sehingga pada daerah yang memiliki kecepatan angin rata-rata 3 m/s, akan terdapat saat-saat dimana kecepatan anginnya lebih besar dari 3 m/s - pada saat inilah turbin angin dengan cut-in win speed 3 m/s akan bekerja. Selain untuk pembangkitan listrik, turbin angin sangat cocok untuk mendukung kegiatan pertanian dan perikanan, seperti untuk keperluan irigasi, aerasi tambak ikan, dll.

Jadi, kesimpulannya bahwa krisis energi saat ini sekali lagi mengajarkan kepada kita bahwa usaha serius dan terperinci dibutuhkan untuk mengembangkan dan menerapkan sumber energi renewable guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil perlu segera dilakukan. Kita tidak harus membuat mesin sesuatu ataupun menghabiskan puluhan juta dollar untuk menciptakan sesuatu yang baru. Memang akan ada waktunya tercipta kendaraan yang mengkonsumsi sedikit bahan bakar atau mengunakan bahan bakar seperti air. Tapi menurut saya lebih baik kita mengefisiensikan yang ada terlebih dahulu sambil berusahan menemukan sesuatu yang lebih baik dan jauh lebih mutakhir. Sekian

0 komentar:

Posting Komentar