Sahabat Serupedia,
seperti yang kita ketahui, pekan lalu terjadi antrian panjang kendaraan
bermotor di SPBU - SPBU seluruh Indonesia. Dari mulai motor 2 tak tahun
70'an sampai mobil sport teranyar pabrikan eropa ikut mengantri demi
mendapat bahan bakar yaitu bensin bagi kendaraan mereka. Biasanya pada
saat krisis seperti ini, hanya bensin seperti premium atau solar yang
habis karena diburu massa dan seperti yang kita tahu
, kedua jenis bahan bakar ini digunakan oleh hampir sebagian besar rakyat Indonesia. Tapi kali ini ada yang berbeda, yaitu bahan bakar jenis pertamax pun habis terborong habis. Akhirnya, sisa - sisa BBM yang ada tetap dijual , tetapi dengan pembatasan jumlah pembelian, Penulis sendiri sampai harus berputar - putar disekitar beberapa SPBU hanya untuk mengisi penuh tangki bensin mobil yang biasa sehari - hari dipakai untuk ngampus di Jalan Ganeca.
, kedua jenis bahan bakar ini digunakan oleh hampir sebagian besar rakyat Indonesia. Tapi kali ini ada yang berbeda, yaitu bahan bakar jenis pertamax pun habis terborong habis. Akhirnya, sisa - sisa BBM yang ada tetap dijual , tetapi dengan pembatasan jumlah pembelian, Penulis sendiri sampai harus berputar - putar disekitar beberapa SPBU hanya untuk mengisi penuh tangki bensin mobil yang biasa sehari - hari dipakai untuk ngampus di Jalan Ganeca.
Sebenarnya, apa sih yang
jadi masalah dari krisis BBM akhir- akhir ini? Patinya penulis yakin
ini bukan artikel pertama yang berusaha mengupas masalah dari krisis BBM
ini. Tapi ada satu hal yang penulis yakin betul menjadi faktor pembeda
dari semua artikel yang ada, yaitu kita disini tidak membahas mengapa
krisis itu terjadi karena masalah BIROKRASI , maksudnya? Masalah
birokrasi itu macam "kenapa presiden ga menambah kuota BBM tahun ini"
atau "mengapa pemerintah dan dpr tidak bisa dengan cepat mencari solusi
dari krisis ini" atau "mengapa presiden tidak menaikan harga BBM".
Sebenarnya, kalau kita mau menyelesaikan ini secara cepat dan mudah
dengan cara ini sih gampang -gampang susah. Kita bisa saja membeli
minyak dari ISIS. Untuk lengkapnya bisa cek di artikel ini "Minyak
ISIS". Tentu saja kita tidak akan membahas itu di artikel ini karena
kita akan mengulas bersama dan mencari solusi dari krisis ini dengan
mindset saintis dan engineer .
Sebelum kita mencari solusi dari masalah kita, seperti pepatah bilang, kita harus bisa mengenali musuh kita terlebih dahulu. "Kenapa BBM bisa langka?" "Apa yang menyebabkan krisis BBM kali ini?"
Kita harus terlebih dahulu mengetahui akar dari permasalahan kita
sebelum kita dapat mencari solusi terbaik dari masalah tersebut.
Tutur Bapak Menteri
ESDM, Jero Wacik, krisi BBM kali ini disebabkan karena kurang efisiennya
pengelolaan pemakaian BBM dalam negeri sepanjang tahun ini yang disusul
dengan kurangnya kuota BBM. Masalah ternyata tidak sesimpel itu, harga
tukar rupiah terhadap dollar yang kian memburuk di pekan kemarin pula
yang menyebabkan daya beli Indonesia terhadap minyak semakin menurun.
Terlepas dari itu, seperti yang kita ingat di awal tahun ini, kita hinga
bingar dengan peluncuran produksi massal dari mobil LCGC yaitu mobil
murah yang ramah lingkungan yang di klaim bisa mengirit BBM dengan baik.
Tapi kita lupa, dengan semakin banyaknya mobil yang turun ke jalan,
maka linear pula semakin banyak BBM yang dibuang, terlepas efisiensi
yang mobil tersebut lakukan, karena tidak mungkin ada kendaraan yang
saking efisiennya pembakaran BBM hingga konsumsi BBM-nya mendekati nol.
Orang - orang pasti
berpikir, kenapa Indonesia bisa kekurangan BBM, toh negara kita termasuk
sebagai salah satu negara dengan cadangan minyak yang melimpah. Tidak
kita sadari bahwa sejak tahun 1980-an yang merupakan tahun puncak
ekstraksi minyak mentah di Indonesia, produksi minyak di Indonesia terus
menurun, dari hampir 1.6 juta barrel / hari hingga saat ini 1.1 juta
barrel / hari. Disusul dengan kian tingginya pengunaan energi di
Indonesia, yakni hampir 10 % pada tahun 2005 dan terus meningkat sampai
saat ini. Sebenarnya peningkatan pengunaan energi ini bisa dilihat dari
dua sisi koin. Sangat wajar terus meningkat karena Indonesia ini adalah
negara berkembang yang manufakturnya terus meningkat dan kegiatan
ekonomi yang terus menguat di Indonesia sehingga wajar saja jika energi
yang digunakan terus meningkat. Disisi lain, seharusnya Indonesia harus
bisa dengan efisien mengunakan energi tersebut sehingga tidak membebani
pasokan sumber energi yang ada, dalam hal ini BBM yang juga dipakai di
kehidupan sehari- hari.
Jadi bagaimana kita
dapat mengatasi seabrek masalah yang dihadapi Indonesia ini? Kita lupa
bahwa Indonesia adalah negara dengan potensi sumber renewable energy
dalam jumlah yang cukup besar. Beberapa diantaranya bisa dengan cepat
diterapkan di tanah air, seperti: bioethanol sebagai pengganti bensin,
biodiesel untuk pengganti solar, tenaga panas bumi, mikrohidro, tenaga
surya, tenaga angin, bahkan sampah yang tidak berguna sekalipun bisa
digunakan untuk dijadikan pembangkit listrik. Hampir semua sumber energi
tersebut sudah pernah diuji coba di Indonesia walau hanya dalam skala
kecil. Krisis BBM saat ini merupakan momentum yang tepat untuk menata
dan menerapkan dengan serius berbagai potensi yang ada. Meski saat ini
sangat sulit untuk melakukan substitusi total terhadap bahan bakar
minyak, namun penerapan sumber renewable energy sangat penting untuk
segera dimulai. Berikut adalah pejelasan dari renewable energy yang
disebutkan sebelumnya
Bioethanol
Bioethanol adalah
ethanol yang diproduksi dari tumbuhan. Di Brazil, dengan 320 pabrik
bioethanol, adalah negara yang terdepan dalam penggunaan serta ekspor
bioethanol saat ini . Di tahun 1990-an, bioethanol di Brazil telah
menggantikan 50% kebutuhan bensin untuk keperluan transportasi. Jelas
sebuah angka yang sangat menonjol untuk dijadikan acuan oleh Indonesia
dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Bioethanol
tidak saja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk substitusi
bensin, namun dia mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18% di Brazil. Dalam
hal prestasi mesin, bioethanol dan gasohol (kombinasi bioethanol dan
bensin) tidak kalah dengan bensin, malahan dalam beberapa hal,
bioethanol dan gasohol lebih baik dari bensin. Pada dasarnya pembakaran
bioethanol tidak menciptakan CO2 neto ke lingkungan karena zat yang sama
akan diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sebagai bahan baku
bioethanol. Bioethanol bisa didapat dari tanaman seperti tebu, jagung,
singkong yang merupakan jenis tanaman yang tidak asing lagi dikenal para
petani di Indonesia. Efisiensi produksi bioethanol bisa ditingkatkan
dengan memanfaatkan bagian tumbuhan yang tidak digunakan sebagai bahan
bakar yang bisa digunakan untuk menghasilkan listrik.
Biodiesel
Serupa dengan
bioethanol, biodiesel telah digunakan di beberapa negara, seperti Brazil
dan Amerika, sebagai pengganti solar. Biodiesel didapatkan dari minyak
tumbuhan seperti sawit, kelapa, jarak pagar, kapok. Beberapa lembaga
riset di Indonesia telah mampu menghasilkan dan menggunakan biodiesel
sebagai pengganti solar, misalnya BPPT serta Pusat Penelitian
Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan ITB. Kandungan
sulfur yang relatif rendah serta angka cetane yang lebih tinggi
menambah daya tarik penggunaan biodiesel dibandingkan solar. Seperti
telah diketahui, tingginya kandungan sulfur merupakan salah satu kendala
dalam penggunaan mesin diesel, misalnya di Amerika. Serupa dengan
produksi bioethanol, pemanfaatan bagian tanaman yang tidak digunakan
dalam produksi biodiesel perlu mendapatkan perhatian serius. Dengan
kerjasama yang erat antara pemerintah, industri, dan masyarakat,
bioethanol dan biodiesel merupakan dua kandidat yang bisa segera
diimplementasikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar
fosil.
Tenaga Panas Bumi
Sebagai negara yang
terletak didaerah ring of fire, Indonesia diperkirakan memiliki cadangan
tenaga panas bumi yang tak kurang dari 27 GW . Jumlah tersebut tidak
jauh dari daya total pembangkitan listrik nasional yang saat ini
mencapai 39.5 GW. Pemanfaatan tenaga panas bumi di Indonesia masih
sangat rendah, yakni sekitar 3%. Tenaga panas bumi berasal dari magma
(yang temperaturnya bisa mencapai ribuan derajad celcius). Panas
tersebut akan mengalir menembus berbagai lapisan batuan di bawah tanah.
Bila panas tersebut mencapai reservoir air bawah tanah, maka akan
terbentuk air/uap panas bertekanan tinggi. Ada dua cara pemanfaatan
air/uap panas tersebut, yakni langsung (tanpa perubahan bentuk energi)
dan tidak langsung (dengan mengubah bentuk energi). Untuk uap
bertemperatur tinggi, tenaga panas bumi tersebut bisa dimanfaatkan untuk
memutar turbin dan generator yang selanjutnya menghasilkan listrik.
Sedangkan uap/air yang bertemperatur 100 derajat celcius bisa
dimanfaatkan secara langsung untuk sektor pariwisata, pertanian,
industri, dan lainnya.
Tenaga Surya
Energi yang berasal dari
radiasi matahari merupakan potensi energi terbesar dan terjamin
keberadaannya di muka bumi. Berbeda dengan sumber energi lainnya, energi
matahari bisa dijumpai di seluruh permukaan bumi. Pemanfaatan radiasi
matahari sama sekali tidak menimbulkan polusi ke atmosfer. Perlu
diketahui bahwa berbagai sumber energi seperti tenaga angin, bio-fuel,
tenaga air, dll, juga berasal dari energi matahari. Meski terbilang
memiliki potensi yang sangat besar, namun pemanfaatan energi matahari
untuk menghasilkan listrik masih dihadang oleh dua kendala yang cukup
serius: rendahnya efisiensi yang hanya 10% dan mahalnya biaya per-satuan
daya listrik. Pembangkit lisrik tenaga surya ini sudah diterapkan di
berbagi negara maju serta terus mendapatkan perhatian serius dari
kalangan ilmuwan untuk meminimalkan kendala yang ada.
Tenaga Angin
Pembangkit listrik
tenaga angin disinyalir sebagai jenis pembangkitan energi dengan laju
pertumbuhan tercepat di dunia dewasa ini. Saat ini kapasitas total
pembangkit listrik yang berasal dari tenaga angin di seluruh dunia
berkisar 17.5 GW. Jerman merupakan negara dengan kapasitas pembangkit
listrik tenaga angin terbesar, yakni 6 GW, kemudian disusul oleh Denmark
dengan kapasitas 2 GW. Untuk Indonesia dengan estimasi kecepatan angin
rata-rata sekitar 3 m/s, turbin skala kecil lebih cocok digunakan, meski
tidak menutup kemungkinan bahwa pada daerah yang berkecepatan angin
lebih tinggi di daerah Sumatra Selatan, Jambi, Riau sebagai contoh, bisa
dibangun turbin skala besar. Perlu diketahui bahwa kecepatan angin
bersifat fluktuatif, sehingga pada daerah yang memiliki kecepatan angin
rata-rata 3 m/s, akan terdapat saat-saat dimana kecepatan anginnya lebih
besar dari 3 m/s - pada saat inilah turbin angin dengan cut-in win
speed 3 m/s akan bekerja. Selain untuk pembangkitan listrik, turbin
angin sangat cocok untuk mendukung kegiatan pertanian dan perikanan,
seperti untuk keperluan irigasi, aerasi tambak ikan, dll.
Jadi, kesimpulannya
bahwa krisis energi saat ini sekali lagi mengajarkan kepada kita bahwa
usaha serius dan terperinci dibutuhkan untuk mengembangkan dan
menerapkan sumber energi renewable guna mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar fosil perlu segera dilakukan. Kita tidak harus
membuat mesin sesuatu ataupun menghabiskan puluhan juta dollar untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Memang akan ada waktunya tercipta
kendaraan yang mengkonsumsi sedikit bahan bakar atau mengunakan bahan
bakar seperti air. Tapi menurut saya lebih baik kita mengefisiensikan
yang ada terlebih dahulu sambil berusahan menemukan sesuatu yang lebih
baik dan jauh lebih mutakhir. Sekian
0 komentar:
Posting Komentar