Rabu, 01 Maret 2017

Memaknai kunjungan Raja Salman

Memaknai kunjungan Raja Salman
Memaknai kunjungan Raja Salman

Rabu siang (1/3/2017) ini Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dari Arab Saudi itu mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma. Ini adalah hari pertama dari 9 hari kunjungan Raja Salman di Indonesia.

Indonesia adalah salah satu negara yang dikunjungi oleh Raja Salman dalam lawatannya ke sejumlah negara di Asia selama tiga pekan. Sebelum Indonesia, Malaysia adalah negara pertama yang didatangi oleh Raja Salman beserta delegasinya.

Lawatan Raja Salman disebut-sebut banyak pengamat terkait dengan program reformasi ekonomi sosial yang diluncurkan pemerintah Arab Saudi tahun lalu. Upaya ini disebut Visi 2030.

Program yang diluncurkan oleh Deputi Putra Mahkota Mohammad bin Salman itu merupakan upaya pemerintah Arab Saudi untuk lepas dari ketergantungan perekonomiannya dari minyak. Harga minyak yang terus menerus melorot telah memaksa pemerintah Arab Saudi untuk merancang strategi ekonomi yang sesuai dengan situasi sekarang.

Hal menarik lain dari program reformasi ekonomi yang dicanangkan Arab Saudi adalah penjualan 5 persen saham Saudi Aramco. Nilai BUMN minyak Arab Saudi itu diperkirakan mencapai US$2,5 triliun atau setara Rp32.500 triliun. Saham Saudi Aramco itu akan ditawarkan ke Malaysia, Jepang, Tiongkok, juga Indonesia. Hasil penjualan saham itu nantinya akan dipakai untuk berinvestasi di luar negerinya sebesar US$2 triliun.

Apa saja rencana investasi Arab Saudi di Asia?

Arab Saudi dikabarkan sedang mengincar pengembangan ekonomi terbarukan, hiburan, dan sektor digital di Jepang. Sementara di Malaysia, Arab Saudi membidik kerja sama di bidang sumber daya manusia, industri, dan perdagangan. Diperkirakan, Arab Saudi akan memperkuat kerja sama dalam pemurnian minyak pemurnian minyak yang dioperasikan Saudi Aramco dan Sabic di Tiongkok.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sebagai negara muslim terbesar di dunia dan tampak bergerak menuju kekuatan ekonomi dunia, Indonesia tentulah menjadi alternatif yang dilirik oleh para investor Arab Saudi. Sejauh ini ada sejumlah bidang yang dilirik Arab Saudi di Indonesia. Pariwisata, salah satunya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, seperti dikutip Detikcom, mengatakan, "Pariwisata yang dulu pernah kita tawarkan untuk invest Mandalika di NTB. Sekarang mereka tertarik untuk melihat Sumbar dan Belitung."

Selain pariwisata, Arab Saudi juga dikabarkan berminat di sektor migas. Bahkan Arab Saudi disebut-sebut akan berinvestasi pada proyek Refinery Development Master Plan di Cilacap.

Menjelang kedatangannya, sangat santer terdengar kabar bahwa nilai investasi yang dibawa oleh rombongan Raja Salman mencapai US$25 miliar atau setara dengan Rp333 triliun di berbagai bidang. 

Jika benar bisa terealisasi, angka itu tergolong fantastis karena selama ini Arab Saudi bukanlah investor kakap di Indonesia. Tahun 2016 lalu realisasi investasi Arab Saudi hanya mencapai US$900 ribu saja, di bawah Mali yang berinvestasi sebesar US$1,1 juta.

Sejauh ini belum ada kepastian mengenai besar dan bidang investasi Arab Saudi di Indonesia yang akan direalisasikan dalam lawatan Raja Salman ini. Kita boleh berharap kunjungan kenegaraan Raja Salman ini akan membuahkan sejumlah kerja sama dan investasi yang saling menguntungkan bagi kedua belah negara. Namun tentu kita berharap lawatan Raja Salman tidak hanya terkait dengan urusan bisnis dan investasi.

Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, ada 10 nota kesepahaman yang akan ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan Arab Saudi. Yakni kerja sama kebudayaan, kesehatan, peningkatan status mekanisme bilateral, kerja sama keislaman dan dakwah, pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi, kerja sama kelautan dan perikanan, penanganan kejahatan lintas batas, kerja sama pelayanan udara, kerja sama usaha kecil dan menengah (UKM), dan kerja sama perdagangan.

Dalam wawancara dengan Reuters, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama Mohammad Abdullah Alshuaibi menyampaikan bahwa kerja sama anti terorisme adalah hal penting dalam kunjungan kali ini.

"Ada banyak MoU (memorandum of understanding) yang akan ditandatangani di sini. Yang terpenting adalah antiterorisme karena kami menganggap kita harus bekerja sama untuk mengalahkan ISIS," ujar Alshuaibi seperti dikutip detikcom.

Bagi kita, kerja sama tersebut memiliki arti penting. Kepada dunia luar, kerja sama itu mengirimkan pesan bahwa kedua negara dengan mayoritas penduduk muslim menolak terorisme yang diatasnamakan agama Islam.

Ke dalam negeri kita sendiri, kerja sama itu bisa memberikan pesan bahwa Arab Saudi saat ini sedang membangun citra moderat. Pesan ini penting karena ada beberapa kelompok dalam masyarakat kita yang menjadikan Arab Saudi sebagai patron budaya kaum muslim.

Arab Saudi, lewat kunjungan Raja Salman kali ini, memang seakan mau memperlihatkan citra yang lebih moderat. Pilihan Bali sebagai tempat berlibur Raja Salman beserta rombongan delegasinya juga memberikan pesan bahwa Arab Saudi tidak sepuritan yang diduga kebanyakan orang.

Lewat pemberitaan yang transparan di berbagai media selama lawatan Raja Salman, seluruh rakyat Indonesia bisa menyaksikan bahwa Indonesia dan Arab Saudi adalah dua negara berdaulat yang bersahabat. 

Hubungan keduanya bersifat saling menghormati dan saling menguntungkan. Kenyataan ini menampik anggapan dan propaganda yang beredar di sebagian masyarakat kita bahwa lawatan Raja Salman seolah berupa hubungan antara yang menyantuni dan disantuni.

Bolehlah kita berharap peristiwa bersejarah ini akan berlanjut menjadi kerja sama yang semakin erat antara dua negara dengan mayoritas penduduk muslim yang moderat.

Selamat datang, Raja Salman.

0 komentar:

Posting Komentar