Setiap orang pasti pernah mengalami jatuh cinta. Tanpa kecuali. Perasaan ini merupakan perasaan yang aneh yang disebabkan oleh dopamine. Apakah Dopamine ada hubungannya dengan perasaan cinta? Menurut hasil riset, dua hal tersebut saling berhubungan.
Maka pada artikel kali
ini akan dijelaskan alasan paling logis yang menjelaskan mengapa dan
bagaimana perasaan jatuh cinta itu datang. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan apa cinta itu sebenarnya. Mungkin tak 100% benar tapi
setidaknya ini berdasarkan data yang pernah ditemukan, semoga memberi
wawasan lain ya.
Jatuh Cinta
Jatuh cinta tak
selamanya antara pria dan wanita untuk menjadi sepasang kekasih, cinta
pun hadir diantara hubungan orang tua dengan anaknya; begitupula saat
kita membantu orang tak dikenal di jalanan. Tapi aku akan spesifik
menjelaskan cinta diantara pria dan wanita.
Ada ungkapan; cinta datang dari mata turun ke hati.
Artinya cinta ada berkat
rangsangan visual, namun bagaimana dengan mereka yang buta dan tetap
memiliki pasangan bahkan menikah? maka selain visual, unsur
pendengaran(audio) pun dapat memberi rangsangan cinta.
Bagaimana dengan jatuh cinta pada pandangan pertama?
Tentu unsur visual kuat
pengaruhi adanya rasa cinta tapi sebenarnya bukan itu hal yang harus
dijawab dulu, melainkan bagaimana kita bisa merasakan cinta. Jawabannya
ada di dalam tubuh manusia yang dapat dijelaskan secara biologis.
Dopamine dan Serotonin
Dua nama tersebut adalah
hormon di tubuh manusia yang paling menonjol saat jatuh cinta. Saat
seseorang jatuh cinta, kadar Dopamine meningkat tajam sehingga
membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Sebaliknya, kadar Serotonin
menurun sehingga membuat manusia menjadi tidak percaya diri (grogi) atau
was-was.
Dopamine
Secara alamiah kadar
Dopamine meningkat saat kita melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Sayangnya, rasa nyaman dari Dopamine ini sungguh adiktif dan kadang
membuat manusia bertindak tidak sehat seperti ketagihan internet, nonton
TV bahkan berjudi. Inilah alasan mengapa kita merasa ingin selalu
berduaan saat sedang jatuh cinta.
Serotonin
Kala Dopamine meningkat,
ternyata berefek pada menurunnya kadar hormon Serotonin sehingga
perilaku kita cenderung aneh saat bertemu orang yang dicinta; efek yang
sama dengan penderita OCD(Obsessive-Compulsive Disorder) sehingga ada
ahli menyebut jatuh cinta adalah perilaku obsesif sementara.
Cinta atau Dopamine?
Bila kita merasakan
cinta karena kadar Dopamine yang meningkat tajam, maka apakah kita
benar-benar jatuh cinta atau hanya sekedar kecanduan hormon dalam tubuh.
Secara logis, cinta
bukanlah sebuah perasaan yang tiba-tiba datang dan merasa bahwa
dia(orang yang kita suka) adalah 'the one' yang terpilih. Cinta hanyalah
hasil perseteruan hormon dalam tubuh yang suatu saat akan berakhir
menghilang dan muncul kembali. Oleh karenanya cinta adalah sebuah
pilihan untuk kita berkomitmen pada seseorang.
Mungkin inilah jawaban
mengapa banyak pasangan yang tak berani untuk menjalin pernikahan dengan
alasan takut berhenti mencintai. Tak heran pula jika kita mudah suka
dengan seseorang namun sukar bertahan lama untuk menyukainya.
Dengan penjelasan logis
di atas, dapat disimpulkan bahwa cinta berasal dari perilaku kita
terhadap orang yang kita cinta. Ini semua hanyalah soal komitmen untuk
mencintai (berperilaku) pada sang kekasih.
Terlepas dari keuntungan dan kerugian punya seorang pacar; semoga pengetahuan ini dapat merubah cara kita mencintai seseorang.
0 komentar:
Posting Komentar